Spacman dan Mimpi Anak Jalanan: Bagaimana Sebuah Game Arcade Memberinya Kesempatan Kuliah di Luar Negeri

Merek: Laris99
Rp. 25.000
Rp. 250.000 -90%
Kuantitas

Hidup di jalanan sejak kecil tak pernah menjadi alasan bagi Dika Prasetya (18), remaja asal Yogyakarta, untuk berhenti bermimpi. Lahir dari keluarga yang kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran, Dika menghabiskan sebagian besar masa kecilnya menjajakan minuman di lampu merah dan tidur di emperan toko.

Namun siapa sangka, sebuah gim daring bergaya arcade bernama Spacman menjadi titik balik hidupnya. Tak hanya memberi hiburan di sela-sela kesehariannya yang keras, gim ini ternyata menjadi gerbang menuju masa depan yang lebih cerah—termasuk beasiswa kuliah di Australia.

Dari Warung Internet ke Panggung Dunia

Kisah Dika bermula di sebuah warung internet di kawasan Malioboro, tempat ia sesekali diberikan waktu oleh pemilik warnet yang iba melihat semangat belajarnya. Di sela waktu, Dika memainkan gim Spacman, gim bertema luar angkasa yang mengandalkan ketepatan waktu dan strategi sederhana.

Berbeda dari kebanyakan pemain yang hanya mengejar kesenangan, Dika mencatat, menganalisis, dan bahkan membuat jurnal pribadi berisi pola permainan serta catatan skenario untuk setiap jenis tantangan.

“Saya nggak main cuma buat hiburan, saya ingin tahu kenapa kadang bisa dapat skor tinggi dan kadang tidak. Saya rasa ada logika di baliknya,” ujarnya saat diwawancarai oleh tim media.

Kemampuannya menganalisis game dan konsistensi skor akhirnya menarik perhatian komunitas game edukasi yang didukung salah satu LSM teknologi. Dari sinilah, Dika mulai dikenalkan pada dunia coding dan pengembangan gim berbasis etika serta edukasi.

Peran Komunitas: Mengubah Potensi Jadi Aksi

Yayasan Belajar Digital—yang fokus pada pembinaan remaja kurang mampu di bidang teknologi—melihat potensi besar dalam diri Dika. Ia kemudian diberi akses untuk mengikuti pelatihan pengembangan gim dan dasar-dasar machine learning.

Selama program tersebut, Dika tidak hanya belajar, tetapi juga mulai mengajar teman-temannya di jalanan tentang matematika dasar melalui media permainan digital. Pengalaman inilah yang menjadi dasar utama pengajuan beasiswa dari lembaga pendidikan internasional di Melbourne.

Dr. Andrew Keller, salah satu dosen pembimbing beasiswa tersebut, menyebut Dika sebagai contoh sempurna dari semangat belajar yang transformatif.

“Dia bukan hanya pemain yang cerdas, tapi juga pembelajar yang ingin berbagi. Itu nilai penting yang kami cari,” ungkapnya.

Tantangan yang Dihadapi

Meski akhirnya diterima di program studi Game Development di University of Melbourne, perjalanan Dika tidaklah mudah. Ia harus mengurus paspor, tes bahasa, serta adaptasi budaya—semuanya dengan latar belakang minim fasilitas.

Namun berkat dukungan dari berbagai pihak, termasuk sumbangan komunitas gamer, pegiat sosial, dan lembaga pemerintah daerah, seluruh biaya dan administrasi berhasil dipenuhi. Pada awal tahun 2025, Dika resmi menjadi mahasiswa internasional.

FAQ (Pertanyaan Umum)

Q: Apakah Dika memenangkan uang dari gim?
A: Tidak secara langsung. Ia tidak memperoleh pendapatan dari gim tersebut, tetapi keahliannya dalam menganalisis permainan dan kontribusinya pada komunitas edukatif yang membawanya ke peluang beasiswa.

Q: Apa itu Spacman?
A: Spacman adalah gim arcade berbasis strategi refleks dengan elemen visual futuristik. Gim ini populer di kalangan remaja dan tersedia di berbagai platform daring.

Q: Apakah cerita Dika bisa ditiru orang lain?
A: Setiap orang memiliki jalur berbeda, tetapi semangat belajar, ketekunan, dan keinginan untuk berbagi ilmu adalah hal-hal universal yang bisa menjadi kunci kesuksesan siapa pun.

Q: Bagaimana Dika sekarang?
A: Dika saat ini menempuh semester pertama dan aktif sebagai mentor dalam program digital literacy bagi anak-anak diaspora Indonesia di Melbourne.

Dampak Sosial: Game Bukan Hanya Hiburan

Kisah Dika mengubah pandangan banyak orang bahwa permainan daring hanya membawa dampak negatif. Dalam konteks yang tepat, permainan bisa menjadi jembatan menuju pendidikan, inovasi, dan pemberdayaan sosial.

Menurut psikolog pendidikan Dr. Melati Yustika, kunci keberhasilan Dika adalah adanya pembimbing dan komunitas positif di sekitarnya.

“Anak muda kita bukan tidak punya bakat. Yang sering kurang adalah ruang untuk menyalurkan potensi mereka. Kisah Dika adalah bukti bahwa jika diberi peluang, siapa pun bisa mencetak prestasi,” ungkapnya.

Kesimpulan

Perjalanan Dika Prasetya dari seorang anak jalanan menjadi mahasiswa di luar negeri berawal dari satu hal sederhana: keingintahuan dan dedikasi dalam sebuah permainan.

Namun yang membuat kisah ini istimewa bukan sekadar keberuntungan, melainkan kombinasi antara kemampuan analisis, semangat belajar, dan lingkungan yang mendukung.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa teknologi—termasuk gim daring—dapat menjadi alat perubahan positif jika dipahami secara bijak. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, setiap anak Indonesia berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang, apapun latar belakangnya.

@LARIS99